Hakikat
Sikap
Pengertian Sikap
Sikap atau attitude dapat diterjemahkan sebagai pandangan yang disertai oleh
kecendrungan dalam bertindak.[1]
Dalam studi kepustakaan mengenai sikap diuraikan bahwa sikap merupakan komponen
psikologis yang tidak dapat diobservasi secara langsung, sikap baru dapat
diketahui jika tampil dalam perilaku nyata yang dikemukakan oleh individu
terhadap objek tertentu.[2]
Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan diperoleh siswa. Setiap siswa
memiliki karakteristik yang berbeda, begitu pula dengan kecendrungan sikap yang
dimilikinya.[3] Sikap
belajar adalah perasaan senang atau tidak senang, perasaan setuju atau tidak setuju,
perasaan suka atau tidak suka terhadap pengajar, tujuan, materi dan tugas-tugas
serta lainnya.[4]
Sikap belajar dapat diartikan sebagai kecendrungan perilaku ketika ia
mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Perubahan sikap dapat diamati dalam
proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi
terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran,
pendidik dan sebagainya.[5]
Para ahli mengemukakan pendapat tentang
sikap dengan pengertian yang bervariasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
Sikap: 1. perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian (pendapat
atau keyakinan); 2. perilaku,
gerak-gerik. [6]
Feshbein dan Ajzen berpendapat bahwa
sikap terhadap suatu obyek ditentukan oleh keyakinan dan penilaian atas obyek
itu dengan segala atributnya.[7]
Azwar mengemukakan pendapat bahwa
tindakan beralasan (Theory of Naesoned Action). Teori tindakan beralasan
tersebut mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses
pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dan dampaknya terbatas hanya
pada hal. Hal pertama, perilaku tak banyak ditentukan oleh sikap aman tetapi
sikap spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh
sikap tetapi juga oleh norma-norma subyektif
yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita
dapat berbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama-sama norma subyektif
membentuk suatu atensi atau niat untuk berperilaku tertentu.
Batasan lain yang dikemukakan Barles
dkk. yang menyatakan bahwa yang memandang sikap sebagai kombinasi reaksi
afektif, perilaku dan kognitif terhadap suatu obyek. Ketiga komponen tersebut
secara bersamaan mengorganisasikan sikap individu.[8]
Sedangkan Thruston dalam Walgito
berpendapat bahwa sikap merupakan tingkat perasaan positip atau negatip yang
ditujukan terhadap obyek-obyek psikologi, misalnya simbol-simbol,
kalimat-kalimat, lembaga, semboyan dan ide yang dapat dibedakan ke dalam
perasaan positip dan negatip.[9]
Berkowitz dalam Azwar berpendapat bahwa
sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan sikap seseorang
terhadap obyek adalah perasaan yang mendukung (favorable) atu perasaan
yang tidak mendukung (unfavorable) terhadap obyek tersebut.[10]
Dari batasan-batasan di atas dapat
disimpulkan bahwa dalam sikap dan derajat perasaan arah sikap berarti
kecenderungan terhadap suatu obyek yaitu perasaan positif dan negatif. Reaksi
positif diartikan sebagai jenis pendekatan diri terhadap sesuatu obyek dan
sebaliknya reaksi negatif menunjukkan sejenis penghindaran dari obyek.
Sedangkan derajat perasaan dinyatakan sebagai salah satu sikap, karena sikap
memiliki dimensi evaluasi atau penilaian terhadap suatu obyek. Dengan adanya derajad
perasaan ini orang tidak hanya memiliki suatu obyek secara dikotomi seperti
baik atau buruk, besar atau kecil, setuju atau tidak setuju, senang atau tidak
senang, akan tetapi dapat ditambahkan dengan kata-kata sangat, cukup, sedang,
kurang, sangat kurang dan sebagainya. Penilaian ini akan membantu dalam
menetapkan taraf perasaan.
Dari definisi diatas maka dapat
dikemukakan pengertian mengenai sikap sebagai berikut :
1)
Sikap selalu berkenaan dengan suatu
objek yang disebut oleh objek sikap.
2)
Sikap seseorang terhadap suatu objek
selalu disertai oleh perasaan positif atau negatif, mendekati atau menjauhi,
menyukai atau tidak menyukai dan sebagainya.
3)
Sikap akan mempengaruhi dan mengarahkan
tingkah laku seseorang.
4)
Sikap terdiri dari 3 komponen yaitu :
kognitif, afektif dan kecendrungan bertindak, dimana komponen tersebut
terorganisasi sebagai suatu sistem di dalam individu.
Berdasarkan uraian tersebut di atas
semakin kuatlah alasan untuk menduga bahwa mahasiswa memiliki sikap sangat,
cukup, sedang, kurang atau sangat kurang terhadap mata kuliah Tata Rias Pengantin Indonesia 1 yang mengakibatkan hasil belajar akan lebih baik atau
sebaliknya. Sikap terhadap yang dipelajari secara langsung bila merupakan akibat
dari pengalaman yang berhasil dan pengalaman yang didapat secara tak langsung,
bila digunakan sebagai model akan menimbulkan perubahan sikap. Atas dasar hal
tersebut maka sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak yang disertai
keinginan atau keengganan. Jika sikap
merupakan keinginan maka dapat membangun gairah sehingga mendorong untuk
berprestasi terhadap hasil belajar mata kuliah Tata Rias Pengantin Indonesia 1.
Menurut Gerungan ada dua faktor yang
sangat mempengaruhi proses pembentukan sikap antara lain faktor internal dan
eksternal, dimana dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Faktor internal, yaitu faktor yang
sesungguhnya ada pada diri pribadi manusia itu sendiri. Hal ini meliputi
jasmaniah dan psikologis. Faktor psikologi meliputi intelegensi, perhatian,
minat, bakat, hobi, motivasi dan kesiapan. Sedangkan yang dimaksud dengan
jasmaniah adalah fisik dan kondisi tubuh.
2.
Faktor
eksternal, yaitu faktor dari luar yang mempengaruhi diri pribadi manusia, yang
terdiri dari dua faktor :
a.
Faktor keluarga, meliputi hubungan
antara anggota keluarga, keadaan ekonomi dan latar belakang.
b.
Faktor masyarakat, meliputi keadaan
didalam masyarakat, informasi dari media massa seperti surat kabar, radio.
Televisi, buku, teman bergaul dan bentuk kehidupan bermasyarakat
Komponen Sikap
Komponen sikap
terdiri dari tiga bagian yaitu :
1)
Komponen kognisi, yaitu berupa
pengetahuan ataupun pengertian seseorang mengenai suatu objek sikap.
2)
Komponen afeksi yang menunjukan perasaan
terhadap objek sikap yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan, sebagai
hal yang disukai atau dibenci
3)
Komponen konasi yang berkaitan dengan
kecendrungan untuk bertindak, merupakan kesediaan melakukan tindakan tertentu
yang ditunjukan pada objek sikap tertentu.[12]
Tingkatan Sikap
Menurut Azwar sikap terdiri dari berbagai
tingkatan yakni: 1.Menerima (receiving), 2.Merespon (responding), 3.Menghargai (valuing), 4. Bertanggung jawab (responsible). Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Sedangkan merespon adalah
Memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah
berarti orang itu menerima ide tersebut. Kemudian yang dimaksud dengan menghargai adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya,
dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah
suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. Dan yang terakhir
adalah bertanggung jawab, bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah
mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor
KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
Fungsi Sikap Belajar
Ada sesuatu yang melatarbelakangi mengapa mahasiswa
mengambil sikap. Hal ini berkaitan erat dengan fungsi sikap sebagai berikut:
1)
Sikap sebagai instrumen atau alat untuk mencapai
tujuan (instrumental funcion).
Seseorang mengambil sikap tertentu terhadap objek
atas dasar pemikiran sampai sejauh mana objek sikap tersebut dapat digunakan
sebagai alat atau instrumen untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Jika
objek tersebut mendukung dalam pencapaian tujuan, maka orang akan mempunyai
sikap yang positif terhadap objek yang bersangkutan, demikian pula sebaliknya.
Fungsi ini juga sering disebut juga sebagai fungsi penyesuaian (adjustment),
karena dengan mengambil sikap tertentu seseorang akan dapat menyesuaikan diri
dengan keadaan lingkungannya.
2)
Sikap sebagai pertahanan ego
Terkadang orang mengambil sikap tertentu terhadap
sesuatu objek karena untuk mempertahankan ego atau akunya. Apabila seseorang
merasa egonya terancam maka ia akan mengambil sikap tertentu terhadap objek
demi pertahanan egonya. Misalnya orang tua mengambil sikap begitu keras
(walaupun sikap itu sebetulnya tidak benar), hal tersebut mungkin karena dengan
sikap keadaan ego atau aku-nya dapat dipertahankan.
3)
Sikap sebagai ekspresi nilai
Yang dimaksud ialah bahwa sikap seseorang
menunjukan bagaimana nila-nilai pada orang tua. Sikap yang diambil oleh
seseorang mencerminkan sistem nilai yang ada pada diri orang tersebut.
4)
Sikap sebagai fungsi pengetahuan
Ini berarti bahwa bagaimana sikap seseorang
terhadap sesuatu objek akan mencerminkan keadaan pengetahuan dari orang
tersebut. Apabila pengetahuan seseorang mengenai sesuatu belum konsisten maka
hal itu akan berpengaruh pada sikap orang itu terhadap objek tersebut.[13]
[1] W.A.Gerangin,psikologi sosial (Bandung : Eresco,
1988)h.140
[2] Donna Rosmaina Rahayu Sikap Aktris Sinetron terhadap
Setelan Kebaya Modivikasi Sebagai Busana Pesta (Jakarta : Universitas
Negeri Jakarta,2008)h.6
[3] Rizca Fitria, sikap belajar peserta didik, (Jakarta : 2011)
[4] Nasution (1978)
[5] Rizca Fitria, sikap belajar peserta didik, (Jakarta :
2011)
[6]Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke dua, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1995), h.938.
[7]Martin Freshbein dan Icek Ajzen. Belief, Intention and Behavior, (London: Addison Neslay Publishing
Company, 1975).
[8]Saefudin Azwar. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998), h.5
[9]Bimo Walgito. Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fak.Psikologi UGM, 2000), h.5.
[10]Azwar, op cit., h.11
No comments :
Post a Comment