Monday, October 21, 2013

Teori Sikap

Hakikat Sikap
Pengertian Sikap
Sikap atau attitude dapat diterjemahkan sebagai pandangan yang disertai oleh kecendrungan dalam bertindak.[1] Dalam studi kepustakaan mengenai sikap diuraikan bahwa sikap merupakan komponen psikologis yang tidak dapat diobservasi secara langsung, sikap baru dapat diketahui jika tampil dalam perilaku nyata yang dikemukakan oleh individu terhadap objek tertentu.[2] Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan diperoleh siswa. Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda, begitu pula dengan kecendrungan sikap yang dimilikinya.[3] Sikap belajar adalah perasaan senang atau tidak senang, perasaan setuju atau tidak setuju, perasaan suka atau tidak suka terhadap pengajar, tujuan, materi dan tugas-tugas serta lainnya.[4] Sikap belajar dapat diartikan sebagai kecendrungan perilaku ketika ia mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik dan sebagainya.[5]
Para ahli mengemukakan pendapat tentang sikap dengan pengertian yang bervariasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: Sikap: 1. perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian (pendapat atau keyakinan); 2.  perilaku, gerak-gerik. [6]
Feshbein dan Ajzen berpendapat bahwa sikap terhadap suatu obyek ditentukan oleh keyakinan dan penilaian atas obyek itu dengan segala atributnya.[7]
Azwar mengemukakan pendapat bahwa tindakan beralasan (Theory of Naesoned Action). Teori tindakan beralasan tersebut mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dan dampaknya terbatas hanya pada hal. Hal pertama, perilaku tak banyak ditentukan oleh sikap aman tetapi sikap spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subyektif  yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita dapat berbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama-sama norma subyektif membentuk suatu atensi atau niat untuk berperilaku tertentu.
Batasan lain yang dikemukakan Barles dkk. yang menyatakan bahwa yang memandang sikap sebagai kombinasi reaksi afektif, perilaku dan kognitif terhadap suatu obyek. Ketiga komponen tersebut secara bersamaan mengorganisasikan sikap individu.[8]
Sedangkan Thruston dalam Walgito berpendapat bahwa sikap merupakan tingkat perasaan positip atau negatip yang ditujukan terhadap obyek-obyek psikologi, misalnya simbol-simbol, kalimat-kalimat, lembaga, semboyan dan ide yang dapat dibedakan ke dalam perasaan positip dan negatip.[9]
Berkowitz dalam Azwar berpendapat bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan sikap seseorang terhadap obyek adalah perasaan yang mendukung (favorable) atu perasaan yang tidak mendukung (unfavorable) terhadap obyek tersebut.[10]
Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam sikap dan derajat perasaan arah sikap berarti kecenderungan terhadap suatu obyek yaitu perasaan positif dan negatif. Reaksi positif diartikan sebagai jenis pendekatan diri terhadap sesuatu obyek dan sebaliknya reaksi negatif menunjukkan sejenis penghindaran dari obyek. Sedangkan derajat perasaan dinyatakan sebagai salah satu sikap, karena sikap memiliki dimensi evaluasi atau penilaian terhadap suatu obyek. Dengan adanya derajad perasaan ini orang tidak hanya memiliki suatu obyek secara dikotomi seperti baik atau buruk, besar atau kecil, setuju atau tidak setuju, senang atau tidak senang, akan tetapi dapat ditambahkan dengan kata-kata sangat, cukup, sedang, kurang, sangat kurang dan sebagainya. Penilaian ini akan membantu dalam menetapkan taraf perasaan.
Dari definisi diatas maka dapat dikemukakan pengertian mengenai sikap sebagai berikut :
1)      Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek yang disebut oleh objek sikap.
2)      Sikap seseorang terhadap suatu objek selalu disertai oleh perasaan positif atau negatif, mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai dan sebagainya.
3)      Sikap akan mempengaruhi dan mengarahkan tingkah laku seseorang.
4)      Sikap terdiri dari 3 komponen yaitu : kognitif, afektif dan kecendrungan bertindak, dimana komponen tersebut terorganisasi sebagai suatu sistem di dalam individu.
Berdasarkan uraian tersebut di atas semakin kuatlah alasan untuk menduga bahwa mahasiswa memiliki sikap sangat, cukup, sedang,  kurang  atau sangat kurang terhadap mata kuliah Tata Rias Pengantin Indonesia 1 yang mengakibatkan  hasil belajar akan lebih baik atau sebaliknya. Sikap terhadap yang dipelajari secara langsung bila merupakan akibat dari pengalaman yang berhasil dan pengalaman yang didapat secara tak langsung, bila digunakan sebagai model akan menimbulkan perubahan sikap. Atas dasar hal tersebut maka sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak yang disertai keinginan  atau keengganan. Jika sikap merupakan keinginan maka dapat membangun gairah sehingga mendorong untuk berprestasi terhadap hasil belajar mata kuliah Tata Rias Pengantin Indonesia 1.
Menurut Gerungan ada dua faktor yang sangat mempengaruhi proses pembentukan sikap antara lain faktor internal dan eksternal, dimana dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.      Faktor internal, yaitu faktor yang sesungguhnya ada pada diri pribadi manusia itu sendiri. Hal ini meliputi jasmaniah dan psikologis. Faktor psikologi meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, hobi, motivasi dan kesiapan. Sedangkan yang dimaksud dengan jasmaniah adalah fisik dan kondisi tubuh.
2.       Faktor eksternal, yaitu faktor dari luar yang mempengaruhi diri pribadi manusia, yang terdiri dari dua faktor :
a.       Faktor keluarga, meliputi hubungan antara anggota keluarga, keadaan ekonomi dan latar belakang.
b.      Faktor masyarakat, meliputi keadaan didalam masyarakat, informasi dari media massa seperti surat kabar, radio. Televisi, buku, teman bergaul dan bentuk kehidupan bermasyarakat

    Komponen Sikap
      Komponen sikap terdiri dari tiga bagian yaitu :
1)   Komponen kognisi, yaitu berupa pengetahuan ataupun pengertian seseorang mengenai suatu objek sikap.
2)   Komponen afeksi yang menunjukan perasaan terhadap objek sikap yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan, sebagai hal yang disukai atau dibenci
3)   Komponen konasi yang berkaitan dengan kecendrungan untuk bertindak, merupakan kesediaan melakukan tindakan tertentu yang ditunjukan pada objek sikap tertentu.[12]

Tingkatan Sikap

Menurut Azwar sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:   1.Menerima (receiving), 2.Merespon (responding), 3.Menghargai (valuing), 4. Bertanggung jawab (responsible). Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Sedangkan merespon adalah Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut. Kemudian yang dimaksud dengan menghargai adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. Dan yang terakhir adalah bertanggung jawab, bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

Fungsi Sikap Belajar
          Ada sesuatu yang melatarbelakangi mengapa mahasiswa mengambil sikap. Hal ini berkaitan erat dengan fungsi sikap sebagai berikut:
1)      Sikap sebagai instrumen atau alat untuk mencapai tujuan (instrumental funcion).
Seseorang mengambil sikap tertentu terhadap objek atas dasar pemikiran sampai sejauh mana objek sikap tersebut dapat digunakan sebagai alat atau instrumen untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Jika objek tersebut mendukung dalam pencapaian tujuan, maka orang akan mempunyai sikap yang positif terhadap objek yang bersangkutan, demikian pula sebaliknya. Fungsi ini juga sering disebut juga sebagai fungsi penyesuaian (adjustment), karena dengan mengambil sikap tertentu seseorang akan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya.
2)      Sikap sebagai pertahanan ego
Terkadang orang mengambil sikap tertentu terhadap sesuatu objek karena untuk mempertahankan ego atau akunya. Apabila seseorang merasa egonya terancam maka ia akan mengambil sikap tertentu terhadap objek demi pertahanan egonya. Misalnya orang tua mengambil sikap begitu keras (walaupun sikap itu sebetulnya tidak benar), hal tersebut mungkin karena dengan sikap keadaan ego atau aku-nya dapat dipertahankan.
3)      Sikap sebagai ekspresi nilai
Yang dimaksud ialah bahwa sikap seseorang menunjukan bagaimana nila-nilai pada orang tua. Sikap yang diambil oleh seseorang mencerminkan sistem nilai yang ada pada diri orang tersebut.
4)      Sikap sebagai fungsi pengetahuan
Ini berarti bahwa bagaimana sikap seseorang terhadap sesuatu objek akan mencerminkan keadaan pengetahuan dari orang tersebut. Apabila pengetahuan seseorang mengenai sesuatu belum konsisten maka hal itu akan berpengaruh pada sikap orang itu terhadap objek tersebut.[13]





[1] W.A.Gerangin,psikologi sosial (Bandung : Eresco, 1988)h.140
[2] Donna Rosmaina Rahayu Sikap Aktris Sinetron terhadap Setelan Kebaya Modivikasi Sebagai Busana Pesta (Jakarta : Universitas Negeri Jakarta,2008)h.6
[3] Rizca Fitria, sikap belajar peserta didik, (Jakarta : 2011)
[4] Nasution (1978)
[5] Rizca Fitria, sikap belajar peserta didik, (Jakarta : 2011)
[6]Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke dua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h.938.
[7]Martin Freshbein dan Icek Ajzen. Belief, Intention and Behavior, (London: Addison Neslay Publishing Company, 1975).
[8]Saefudin Azwar. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h.5
[9]Bimo Walgito. Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fak.Psikologi UGM, 2000), h.5.
[10]Azwar, op cit., h.11

No comments :

Post a Comment