Teori Budaya Organisasi

Budaya Organisasi
Budaya organisasi memiliki makna yang luas. Menurut Jason A. Colquitt, organization culture as the shared social knowledge within an organization regarding the rules, norms and values that shape the attitudes and behavior of its employees”.[1]Budaya organisasi sebagai bagian dari suatu pengetahuan sosial dalam sebuah bentuk sikap dan perilaku dari karyawannya.
Organizational Culture reflects the shared and learned values, beliefs, and attitudes of its member”.[2]Budaya organisasi mencerminkan bagian dari pembelajaran nilai, kepercayaan dan sikap dari para anggotanya. Menurut Robbins and Judge:Organization culture refers to a system of shared meaning held by members that distinguishes he organization from other organization”.[3]Budaya organisasi mengacu kepada suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota – anggota organisasi yang akan membedakan organisasi itu dengan organisasi yang lain. Sedangkan menurut Schein dalam Luthans organization behavior: A pattern of basic assumption invented, discovered, or developed by a given groups as it learns to cope with its problems of external and internal integration that has worked well enough to be considered valid and to be taught to new members as the correct way to perceive, think, and feel in relation to these problems”.[4]Sebuah pola asumsi dasar yang ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok – kelompok tertentu seperti belajar untuk menghadapi dengan masalah – masalah integrasi internal dan eksternal yang bekerja cukup baik untuk dapat dianggap sah dan harus diajarkan kepada anggota yang baru sebagai cara yang benar untuk melihat, berfikir dan merasakan kaitannya terhadap masalah – masalah yang terjadi. Robbert P. Vecchio menyatakan  budaya organisasi: As the shared values and norms that exist in an organization and that are taught to incoming employees”.[5]Nilai – nilai dan norma – norma bersama yang terdapat didalam sebuah organisasi dan diajarkan kepada karyawan yang masuk dalam suatu organisasi. Pendapat lain menurut John W.Newstrom, “Organization Culture is the set of assumptions, beliefs, values, and norms that are shared by an organization’s member”.[6]Suatu budaya organisasi adalah sebuah asumsi, kepercayaan, nilai dan norma yang dibagikan kepada sebuah anggota organisasi.
Sinopsis Budaya organisasi adalah nilai-nilai dan norma-norma yang mencakup sikap dan perilaku anggota organisasi dalam melaksanakan dan menjalankan aktivitas pekerjaan yang telah menjadi landasan dalam menghadapi berbagai permasalahan organisasi. menurut yang terbentuk, dikembangkan, diperkuat atau bahkan diubah, memerlukan praktik yang dapat membantu menyatukan nilai budaya anggota dengan nilai budaya organisasi.  Menurut Luthans, beberapa langkah sosialisasi yang dapat membantu dan mempertahankan budaya organisasi adalah melalui seleksi calon karyawan, penempatan, pendalaman bidang pekerjaan, penilaian kinerja dan pemberian penghargaan, penanaman kesetiaan pada nilai-nilai luhur, perluasan cerita dan berita, pengakuan kinerja dan promosi.
Pengukuran sistematik dan perbandingan dengan budaya sangatlah sulit.  Upaya paling awal oleh para peneliti didasarkan pada pemeriksaan kisah, simbol, ritual, dan upacara-upacara untuk memperoleh petunjuk dan gambaran. Untuk cara yang lain dengan menggunakan wawancara dan kuesioner terbuka dalam upaya untuk menilai karyawan dan keyakinannya. Dalam kasus lain, pemeriksaan laporan filosofi perusahaan telah mewakili wawasan budaya yang dianut. Pendekatan lain adalah survey karyawan langsung dan mencari persepsi mereka terhadap budaya organisasi. Salahsatu metode yang lebih menarik adalah menjadi anggota organisasi dan melakukan observasi partisipatif. Pendekatan ini memungkinkan langsung merasakan dari sudut pandang anggota yang mengerti tentang budaya perusahaan. Setiap usaha untuk mengukur budaya organisasi dapat hanya penilaian yang tidak sempurna.  Pada kenyataannya, banyak budaya organisasi dalam proses perubahan dan perlu dipantau secara teratur dan dengan berbagai metode untuk mendapatkan gambaran yang benar.[7]
Semua konsep ini berkaitan dengan budaya atau mencerminkan budaya dalam suatu kelompok atau anggota yang menyakini bersama tentang budaya, tetapi tidak satupun dari mereka yang berguna kemudian dianggap sebagai “ budaya” dari suatu organisasi atau kelompok. Jika seseorang bertanya mengapa budaya itu perlu, kata budaya menambahkan beberapa unsur penting dengan konsep-norma, nilai, pola perilaku, ritual, tradisi dan seterusnya.[8]
a)    Stabilitas struktural
Budaya menunjukkan beberapa tingkat stabilitas struktural dalam kelompok. Ketika kita mengatakan sesuatu “ budaya “ berarti kita mendefinisikan suatu kelompok. Setelah kita mencapai suatu rasa identitas, kelomok itu adalah kekuatan besar memantapkan identitas itu. Budaya bertahan bahkan ketika beberapa anggota organisasi keluar.
b)    Kedalaman ( Depth )
Budaya adalah bagian terdalam dari sebuah organisasi. Namun sering tidak disadari oleh suatu kelompok karena kurang nyata dan kurang terlihat. Dari sudut pandang ini, sebagian besar konsep ditinjau diatas dapat dianggap sebagai manifestasi budaya, tetapi mereka tidak esensi dari apa yang kita maksud dengan budaya
c)    Breadth
Sebuah karakteristik budaya ketiga adalah bahwa budaya berkembang mencakup semua fungsi kelompok. Budaya yang meluas mempengaruhi semua aspek tentang bagaimana menangani organisasi dengan tugas utama : berbagi lingkungan dan operasi internal. Tidak semua kelompok memiliki budaya dalam pengertian ini, tapi konsep berkonotasi bahwa kita mengacu pada budaya kita.
d)    Pattering or integration
Karakteristik yang keempat tersirat oleh konsep budaya dan yang lebih meminjamkan stabilitas adalah pola atau integrasi dari unsur-unsur ke dalam paradigma yang lebih besar atau ‘gestalt’ yang mengikat bersama berbagai elemen. Bagaimana menyiratkan bahwa rutual, iklim, nilai, dan perilaku yang mengikat bersama menjadi satu kesatuan yang koheren.[9]
Titik paling penting yang harus dibuat tentang tingkat budaya diatas adalah sangat baik, mudah untuk mengamati tetapi sangat sulit untuk menguraikan. Orang mesir dan orang mayan keduanya membangun piramida masing – masing, namun dalam pembangunan piramida sendiri mempunyai arti yang berbeda. Dengankata lain, kita dapat menggambarkan apa yang mereka lihat dan rasakan, tetapi tidak dapat merekonstruksi dari itusaja apa hal-hal yang berarti dalam kelompok yang diberikan, atau apakah mereka bahkan mencerminkanasumsi-asumsi yang mendasarinya.[10]
Budaya adalah suatu pengiriman nilai kepada karyawan. Adapun bagian yang paling kuat dalam suatu pencerminan budaya adalah (1) cerita, (2) ritual, (3) material simbol, dan (4) bahasa.[11]
. Langkah yang dilakukan top management sekarang adalah mengatur penyataan umum dari penerimaan perilaku karyawan yang sesuai dengan budaya yang ada pada perusahaan. Bagaimana karyawan yang baru dapat bersosialisasi dan bertahan serta sesuai dengan nilai yang ada dalam suatu perusahaan akan membentuk karyawan memiliki budaya organisasi yang kuat.[12]
Suatu budaya organisasi yang positif menegaskan bahwa budaya yang terbangun dari seorang karyawan memberikan kekuatan, penghargaan lebih dari pada suatu hukuman dan menekankan kekuatan untuk seorang karyawan dapat berkembang.[13]





[1] Jason A.Colquitt, Organization Behavior: Improving performance and commitment in the workplace (New York : McGraw-Hill Irwin,2009),p.546
[2] Slocum, Principles of Organization Behavior (South-western : Cengage Learning, 2009),p.458
[3]Stephen P. Robbins and Timothy Judge, organizational behavior, 13th edition (New Jersey:Prentice Hall Int'l, Inc, 2009), p. 585
[4]Fred Luthans and Jonathan P. Doh, International Management: Culture, Strategy, and behavior (New York: McGraw Hill, 2009),  p. 159
[5]Robbert P. Vecchio, Organizational Behavior: Core Concepts, 6th edition (South Western: Thomson, 2006), p. 342
[6]John W. Newstrom,Organization Behavior : Human Behavior at work (New York : McGraw-Hill, 2007),p. 87
[7]John W. Newstrom, Organizational Behavior: Human Behavior at work, (New York :McGraw-Hill, 2007),p. 90
[8]Edgar H. Schein,Organizational Culture and Leadership ,(USA:Jossey-Bass, 2004),p. 12-15
[9]Ibid.,p. 14
[10]Ibid.,p.26
[11]Robbins and Judge, Organizational Behavior, ( United States : Pearson Prentice Hall, 2009 ), p. 598
[12]Ibid.,p. 597
[13]Ibid.,p. 602

No comments :

Post a Comment