Teori Evaluasi dan Program
Ada beberapa
pengertian evaluasi yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikemukakan oleh Scriven
yang dikutip oleh Fitzpatrick, Sanders
dan Worthen menyatakan bahwa “evaluation
as judging the worth or merit of something”.
Berdasarkan definisi dari Scriven ini selanjutnya Fitzpatrick, Sanders dan Worthen mempertegas
bahwa evaluasi adalah mendeterminasi manfaat atau nilai dari suatu objek
evaluasi. Secara lebih luas evaluasi dapat didefinisikan sebagai mengidentifikasi, mengklarifikasi dan
menerapkan sejumlah kriteria untuk mendeterminasi obyek yang dievaluasi.[1] Tayibnapis
dengan mengutip pendapat Tyler menyatakan bahwa evaluasi merupakan
proses untuk menentukan sampai sejauhmana
kemampuan yang dapat dicapai siswa dalam proses pembelajaran.
Kemudian dijelaskan pula bahwa evaluasi
dilakukan melalui pengukuran dan penilaian yang merupakan dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan sistem
pembelajaran secara keseluruhan. [2]
Brinkerhoff sebagaimana dikutip oleh Widoyoko, menyatakan
bahwa evaluasi merupakan suatu proses menentukan sejauhmana tujuan pendidikan
dapat dicapai. Selanjutnya dijelaskan
pula bahwa ada tujuh elemen yang harus dilakukan dalam pelaksanaan evaluasi.
Tujuh elemen tersebut meliputi: 1) penentuan fokus yang akan dievaluasi, 2)
penyusunan desain evaluasi, 3) pengumpulan informasi, 4) analisis dan
interpretasi informasi, 5) pembuatan laporan, 6) pengelolaan evaluasi, dan 7)
evaluasi untuk evaluasi.[3]
joint commitee ini, Stufflebeam dan Shinkfield memberikan definisi evaluasi sebagai penilaian tentang suatu obyek secara sistematik dan
fokus. Namun kemudian
mereka menambahkan bahwa harus ada
batasan dan kriteria umum yang penting
untuk bahan pertimbangan ketika menilai program.[4]
Djaali menyatakan bahwa evaluasi dapat juga diartikan sebagai proses
menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang ditetapkan sebelumnya,
yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek yang
dievaluasi. Sebagai contoh evaluasi proyek, kriterianya adalah tujuan dari
pembangunan proyek tersebut, apakah tercapai atau tidak, apakah sesuai dengan
rencana atau tidak, jika tidak mengapa
dan langkah-langkah apa yang akan ditempuh selanjutnya.[5] Demikian pula Arikunto menyatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu dan kemudian informasi
tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat ketika mengambil
keputusan. [6]
Program dapat juga diartikan sebagai sejumlah sarana hubungan yang didesain
dan diimplementasikan sesuai dengan tujuan.[7]
Sedang program menurut Joan L. Herman
sebagaimana dikutip oleh Tayibnapis adalah segala sesuatu yang dilakukan
oleh seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh.[8]
Arikunto menyatakan ada dua pengertian dari program, yakni secara umum dan
khusus. Secara umum program dapat diartikan sebagai rencana, seperti rencana
seseorang setelah lulus ujian, apakah kemudian bekerja atau melanjutkan
pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Secara khusus program yang dikaitkan dengan evaluasi,
didefinisikan Arikunto sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan
realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung secara
berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok
orang. Selanjutnya evaluasi program dapat didefinisikan sebagai sebuah upaya
untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan
cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya.[9]
Sementara menurut Tayibnapis, evaluasi suatu program berarti mengumpulkan
informasi secara teratur (sistematik) tentang bagaimana program itu berjalan,
dampak yang mungkin terjadi atau untuk menjawab pertanyaan yang diminati.
Selanjutnya Stake sebagaimana dikutip oleh Tayibnapis mengatakan bahwa, menilai
atau mengevaluasi suatu program berarti melakukan perbandingan secara relatif
program tersebut dengan program lain atau melakukan perbandingan absolut suatu
program dengan standar tertentu. Stake juga menekankan bahwa ada dua kegiatan
atau proses dalam evaluasi program yang terbagi menjadi kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan
penyajian informasi yang selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan dan penyusunan program berikutnya.[10]
1. Model –model Evaluasi Program
Untuk
memudahkan pengembangan sebuah evaluasi diperlukan pengetahuan tentang
model-model evaluasi khususnya dalam bidang pendidikan agar diperoleh hasil
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Good seperti dikutip Sukardi mendifinisikan
model sebagai sesuatu yang membantu dalam pemahaman struktur atau proses yang
digunakan oleh ahli ketika menerangkan fenomena yang dipelajari. Selanjutnya
Sukardi memberi batasan bahwa model atau paradigma adalah struktur sejenis yang
berfungsi sebagai penyederhana konsep yang digunakan untuk menjelaskan fenomena
yang dipelajari. Dikatakan pula sedikitnya saat ini ada lima model evaluasi
yang dapat digunakan sebagai acuan, yakni: model Tyler, sumatif-formatif, Countenance, CIPP, dan Connaisance.[11]
Menurut Arikunto, model atau desain evaluasi program
dikatagorikan berdasarkan pada para ahli yang menemukan dan mengembangkannya
serta ada juga yang diberi sebutan sesuai dengan sifat kerjanya. Ada beberapa
ahli evaluasi yang dikenal sebagai penemu model evaluasi program, antara lain:
Stufflebeam, Michael Scriven, Metfessel, Robert Stake dan Glaser. Menurut
Stephen Isaac, ada empat pendekatan yang digunakan untuk membedakan ragam
evaluasi program, yakni evaluasi program yang berorientasi pada: 1) tujuan atau
goal oriented, 2) keputusan atau decision oriented, 3) kegiatan dan
orang-orang yang menanganinya atau transaction
oriented, dan 4) pengaruh dan dampak program atau research oriented. [12]
Selanjutnya
Kaufman dan Thomas membagi model evaluasi program menjadi delapan yaitu:1) Goal-Oriented Evaluation Models yang
dikembangkan oleh Tayler, 2) Goal–Free
Evaluation yang dikembangkan Scriven, 3) Formative–Sumative Models oleh Scriven, 4) Countenance Evaluation Models oleh Stake, 5) Responsif Evaluation oleh Stake, 6) CSE-UCLA Models (Center for the Study of Evaluation) oleh Alkin, 7)
CIPP Evaluation Models oleh
Stufflebeam, dan 8) Descrepancy Models
oleh Provus.[13] Fitzpatrick mengklasifikasikan model evaluasi berdasarkan
beberapa pendekatan, yakni: 1) Tujuan, 2) Manajemen, 3) Konsumen, 4) Keahlian,
dan, 6) Partisipan. Pendekatan evaluasi yang berorientasi pada tujuan,
memperhatikan pencapaian tujuan dalam suatu program. Evaluasi dilakukan untuk
mengukur efektivitas program dengan mengacu pada tujuan sebagai standar.
Pendekatan evaluasi yang berorientasi pada manajemen, ditujukan untuk
identifikasi dan pengumpulan informasi yang dibutuhkan oleh manajer dalam
pengambilan keputusan. Pendekatan evaluasi yang berorientasi pada keahlian
sangat bergantung pada penerapan suatu keahlian secara profesional untuk
memutuskan apakah pendidikan yang diupayakan berkualitas atau tidak.
Selanjutnya pendekatan evaluasi partisipan memusatkan perhatian pada penentuan
nilai-nilai, kriteria, kebutuhan dan data evaluasi.[14]
Dapat disimpulkan bahwa ada beberapa pendekatan yang
digunakan untuk mengevaluasi suatu program. Pendekatan tersebut antara lain
berdasarkan: 1) tujuan atau goal oriented, 2) keputusan / manajemen
atau decision oriented, 3) kegiatan
dan orang-orang yang menanganinya atau transaction
oriented, dan 4) pengaruh dan dampak program atau research oriented. Model
atau disain evaluasi program yang dapat digunakan dalam evaluasi pendidikan,
antara lain, model: CIPP, UCLA, Scriven, countenance
Stake, responsive Stake, dan Descrepancy.
Evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas Program Siaran Pendidikan Interaktif TVE khususnya mata
pelajaran IPA-Biologi. Program ini merupakan program bantuan pembelajaran
khusus menjelang Ujian Nasional yang dilakukan melalui media televisi yang
diselenggarakan oleh Pustekkom. Dengan melakukan penelitian evaluasi ini
diharapkan hasilnya dapat digunakan sebagai masukan bagi Pustekkom dalam
pengambilan keputusan khususnya program ini apakah akan dilanjutkan,
dilanjutkan dengan perbaikan atau dihentikan. Oleh karena itu untuk
mengevaluasi program ini lebih cocok dilakukan dengan menggunakan model
evaluasi yang memiliki pendekatan keputusan. Sesuai dengan program yang akan
dievaluasi maka model evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Countenance Evaluation Models yang
dikembangkan oleh Stake.
[1] Jody L. Fitzpatrick, James R.
Sanders, dan Blaine R. Worthen, Program
Evaluation, Alternative Approaches
and Practical Guidelines (Boston:
Pearson Education, 2004), p. 5.
[2] Farida
Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen
Evaluasi untuk Program Pendidikan dan
Penelitian
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), p.
3.
[3] S. Eko
Putro Widoyoko, Evaluasi Program
Pembelajaran: Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon
Pendidikan (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), p. 4.
[4] Daniel L. Stufflebeam dan Antony J. Shinfield. Evaluation Theory, Models and Applications (San Francisco:
Jossey-Bass, 2007), p. 9.
[6] Suharsimi
Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi
Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis
Bagi Praktisi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), pp.1-2.
[7] James C. McDavid dan Laura R.L.
Hawthorn, Program Evaluation and
Performance Measurement: An Introduction
to Practice (California: Sage
Publications, 2006), p. 15.
[8] Tayibnapis, op. cit., p. 9.
[9]
Arikunto dan Abdul Jabar, op. cit., pp. 2-7.
[11] Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan
Operasionalnya (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), pp. 55-56.
[12] Arikunto dan Abdul Jabar, op.
cit., p. 24.
[13] Arikunto dan Abdul Jabar, op.
cit., p. 24.
[14] Jody L. Fitzpatrick, James R.
Sanders, dan Blaine R. Worthen, op. cit.,
p. 68.
No comments :
Post a Comment