Loe, David dan James
mengungkapkan mengenai CRM bahwa :
“Customer
relationship management (CRM) is a business process that delivers personalized
goods and services by harnessing and mining customer information (Manajemen
hubungan pelanggan (CRM) adalah proses bisnis yang memberikan barang dan jasa
dengan memanfaatkan dan informasi pelanggan)”[1].
Byron J. Finch
mengungkapkan bahwa:
Customer
Relationship Management (CRM) is systems designed to improve relationships with
customers and improve the business’s ability to identify valuable customers.
They include call center management software, sales tracking, and customer
service. (Customer Relationship
Management (CRM) adalah sistem yang dirancang untuk meningkatkan hubungan
dengan pelanggan dan meningkatkan kemampuan bisnis untuk mengidentifikasi
pelanggan yang berharga. Mereka termasuk call center perangkat lunak manajemen,
pelacakan penjualan, dan layanan pelanggan)[2].
Dari kedua teori ini
dapat disimpulkan bahwa CRM adalah suatu sistem yang dibuat untuk melekatkan
hubungan dengan pelanggan dengan memanfaatkan informasi pelanggan.
Levy mengungkapkan
bahwa :
“Customer
Relationship Management (CRM) is a business philosophy and set of strategies,
programs, and systems that focused on identifying and building loyalty with a
retailer’s most valued customers (Customer
Relationship Management (CRM) adalah filosofi bisnis dan seperangkat
strategi, program, dan sistem yang berfokus pada identifikasi dan membangun
loyalitas dengan pelanggan pengecer yang paling berharga)”[3].
Dapat disimpulkan
mengenai teori ini bahwa CRM adalah seperangkat sistem dan strategi yang
bertujuan untuk membangun kesetiaan pelanggan kepada perusahaan.
Clow dan Baack
berpendapat bahwa:
“Customer
Relationship Management is a program designed to build long-term loyalty and
bonds with customers through the use of a personal touch facilitated by
technology (Manajemen hubungan pelanggan adalah program yang dirancang
untuk membangun loyalitas jangka panjang dan obligasi dengan pelanggan melalui
penggunaan sentuhan pribadi difasilitasi oleh teknologi)”[4].
Teori diatas dapat
disimpulkan bahwa CRM adalah suatu program yang dirancang secara khusus oleh
perusahaan dengan memberikan fasilitas teknologi agar pelanggan merasa loyal
dan berhubungan jangka panjang dengan perusahaan.
Kotler dan Keller
mengemukakan bahwa:
Customer
Relationship Management (CRM) is the process of carefully managing detailed
information about individual customers and all customer “touch points” to
maximize customer loyalty. A customer touch point is any occassion on which a
customer encounters the brand and product – from actual experience to personal
or mass communications to casual observation.(Manajemen
hubungan pelanggan (CRM) adalah proses hati-hati mengelola informasi rinci
tentang pelanggan individu dan semua "titik sentuh" pelanggan untuk
memaksimalkan loyalitas pelanggan. Sebuah titik sentuh pelanggan adalah setiap
kesempatan di mana pelanggan menghadapi merek dan produk dari pengalaman yang
sebenarnya untuk komunikasi personal atau masa pengamatan)[5].
Dari teori tersebut
disimpulkan bahwa CRM adalah suatu proses dalam mengelola suatu informasi
pelanggan agar perusahaan dapat menaikkan tingkat loyalitas pelanggan ke
perusahaan.
Lusch, Dunne dan Carver
pun mengungkapkan bahwa :
“CRM
is comprised of an integrated information system where the fundamental unit of
data collection is the customer, supplemented by relevant information about the
customer (CRM terdiri dari suatu sistem informasi yang terintegrasi di mana
unit dasar pengumpulan data pelanggan, dilengkapi dengan informasi yang relevan
tentang pelanggan)”[6].
Dari teori ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa CRM terdiri dari sistem informasi yang berisi
informasi-informasi yang sesuai dengan data pelanggan. Dalam hal ini perusahaan
berkeyakinan bahwa dengan adanya hal tersebut, maka akan terjadi suatu hubungan
yang erat dan harmonis serta akan memberikan keuntungan dari pihak perusahaan
maupun pelanggan.
Menurut Sheth,
Parvatiyar dan Shainesh (2002:6) yang dikutip oleh Eddy Soeryanto Soegoto
mengungkapkan bahwa CRM adalah “pengelolaan dan pelaksanaan strategi yang
terpadu dalam mendapatkan, mempertahankan, dan berteman dengan pelanggan
selektif untuk menciptakan nilai yang superior bagi perusahaan dan pelanggan”[7].
Teori ini dapat
disimpulkan bahwa CRM adalah sebuah seni dalam mengelola pelanggan supaya
pelanggan menjadi percaya dan setia selalu dengan perusahaan serta CRM dapat
menciptakan nilai bagi pelanggan dan juga perusahaan.
Menurut Sheth,
Parvatiyar dan Shainesh (2002:6) yang dikutip oleh Eddy Soeryanto Soegoto
menuliskan indikator yang terkait dengan CRM, terdapat tiga indikator antara
lain:
1.
Continuity
Marketing
2.
One
to One Marketing
Diperinci dari teori
diatas mengenaiContinuity Marketing
adalah pemberian pelayanan yang berkelanjutan untuk mengikat pelanggan,
contohnya pemberian diskon khusus. Lalu, One
to One Marketing adalah pendekatan secara individual berdasarkan pemenuhan,
contohnya antara lain kemampuan menyelesaikan masalah, kesigapan, kesopanan,
keramahan dan pemberian hadiah. Selanjutnya, Partnering Program adalah hubungan kerja sama perusahaan dengan
perusahaan penyedia produk/jasa lain dalam mengikat pelanggan di luar lini
produk perusahaan, baik yang berada di dalam maupun di luar perusahaan,
contohnnya adalah melakukan kerja sama event
promosi.
Johnston dan Marshall
dalam bukunya Sales Force Management mengungkapkan bahwa:
“Relationship
between organizations that result in strategic partnerships generally go
through four stages: awereness, explorations, expansion, and commitment
(Hubungan antara organisasi yang menghasilkan kemitraan strategis umumnya
melalui empat tahap: kesadaran, eksplorasi, perluasan, dan komitmen)”[9].
Dari teori ini, dapat
diartikan bahwa hubungan yang menghasilkan suatu kemitraan yang terjalin antara
perusahaan dengan pelanggan adalah CRM, digambarkan bahwa CRM memiliki tahapan
didalamnya, yakni kesadaran, eksplorasi, perluasan dan yang terakhir adalah
komitmen.
Johnston dan Marshall
juga mengungkapkan bahwa:
CRM
enters the picture as a process that provides internal formalization for
enabling successful customer marketing and one-to-one marketing. CRM has three
majors objectives : (1) Customer retention (2) Customer acqusition (3) Customer
profitability (CRM dapat digambarkan sebagai
proses yang memberikan formalisasi internal yang memungkinkan mensukseskan
pelanggan pemasaran dan one-to-one
marketing. CRM memiliki tiga objek antara lain: (1) retensi pelanggan (2)
perolehan pelanggan (3) profitabilitas pelanggan)[10].
Teori ini dapat
disimpulkan bahwa CRM memiliki tiga objek antara lain, pertama retensi
pelanggan adalah kemampuan untuk mempertahankan pelanggan dan menguntungkan,
serta sebagai penyalur untuk mengembangkan bisnis yang menguntungkan. Kedua,
perolehan pelanggan adalah akuisisi pelanggan yang tepat, berdasarkan diketahui
atau dipelajari mengenai karakteristik, yang mendorong pertumbuhan dan
meningkatkan margin. Ketiga, profitabilitas pelanggan adalah peningkatan margin
pelanggan, sambil menawarkan produk yang tepat pada waktu yang tepat.
Menurut Clow dan Baack,
dalam membuat program CRM membutuhkan empat langkah, antara lain :
1.
Mengidentifikasi
pelanggan perusahaan
2.
Membedakan
pelanggan dalam hal kebutuhan mereka dan nilai mereka kepada perusahaan yang
menjual
3.
Berinteraksi
dengan pelanggan dengan cara yang meningkatkan efisiensi biaya dan efektivitas
kontak pelanggan
4.
Menyesuaikan
beberapa aspek dari barang atau jasa yang ditawarkan kepada pelanggan[11].
Dari teori di atas, dapat
diperinci mengenai empat langkah membuat program CRM. Langkah pertama dari CRM
adalah untuk mengidentifikasi pelanggan perusahaan, ini dapat dicapai dengan
menggunakan standar teknik pengumpulan data dan database perusahaan. Kedua, membedakan pelanggan dalam hal
kebutuhan mereka dan nilai mereka kepada perusahaan yang menjual. Ada dua
metrik CRM yang terlibat: (1) nilai seumur hidup pelanggan dan (2) bagian dari
pelanggan.Nilai seumur hidup didasarkan pada gagasan bahwa pelanggan yang
menghasilkan pendapatan sepanjang hidup mereka lebih berharga daripada mereka
yang hanya membuat satu transaksi. Untuk menghitung nilai seumur hidup
pelanggan, rata-rata jumlah kunjungan per tahun dikalikan dengan jumlah
rata-rata uang yang dikeluarkan setiap kunjungan dikalikan dengan rentang hidup
rata-rata pelanggan. Dari jumlah ini, mengurangi biaya akuisisi dan pelayanan
pelanggan dan menambahkan nilai orang pelanggan ini merujuk oleh perusahaan
ini. Angka akhir adalah nilai seumur hidup pelanggan. Prinsip yang mendasari CRM
adalah bahwa beberapa pelanggan lebih berharga bagi perusahaan daripada yang
lain dan dari waktu ke waktu jumlah uang yang dihabiskan pelanggan dengan
peningkatan pada perusahaan. Bagi pelanggan berarti nilai potensial yang dapat
ditambahkan ke nilai seumur hidup pelanggan yang diberikan. Ketiga,
berinteraksi dengan pelanggan dengan cara yang meningkatkan efisiensi biaya dan
efektivitas kontak pelanggan, sebuah perusahaan harus memberikan apa yang
diinginkan pelanggan secara tepat waktu sehingga baik perusahaan maupun
pelanggan tidak membuang-buang waktu mereka.Keempat, menyesuaikan beberapa
aspek dari barang atau jasa yang ditawarkan kepada pelanggan, produk ini harus
lebih memenuhi kebutuhan pelanggan, yang pada gilirannya penghargaan yang diterima
oleh perusahaan adalah loyalitas jangka panjang dari pelanggan.
Johnston dan Marshall
juga berpendapat mengenai beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari CRM,
antara lain :
1.
Mengurangi
biaya iklan
2.
Membuatnya
lebih mudah untuk menargetkan pelanggan tertentu dengan berfokus pada kebutuhan
mereka
3.
Membuatnya
lebih mudah untuk melacak efektivitas promosi (komunikasi pemasaran) kampanye
tertentu
4.
Memungkinkan
organisasi untuk bersaing untuk pelanggan berdasarkan pelayanan, bukan harga
5.
Mencegah
overspending pada klien-nilai rendah atau underspending pada yang bernilai
tinggi
6.
Mempercepat
waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan memasarkan produk (siklus
pemasaran)
7.
Meningkatkan
menggunakan saluran pelanggan, sehingga membuat sebagian besar dari setiap kontak
dengan pelanggan[12].
Pengaruh
manajemen hubungan pelanggan (CRM) terhadap kepuasan pelanggan dikemukakan oleh
David L. Kurtz
menyatakan bahwa:
CRM is
the combination of strategies and
technologies that empowers relationship programs, reorienting the entire
organization to a concentrated focus on satisfying customers.
(CRM adalah kombinasi strategi dan teknologi yang memberdayakan program
hubungan, reorientasi seluruh organisasi untuk fokus terkonsentrasi pada
memuaskan pelanggan)[13].
Teori ini disimpulkan
bahwa CRM dirancang oleh perusahaan dengan mengkombinasikan penggunaan strategi
dan teknologi agar perusahaan tertuju kepada cara untuk memuaskan pelanggan.
Selanjutnya, Robert W.
Lucas menyatakan hal senada dengan David L. Kurtz tentang pengaruh CRM dengan
kepuasan pelanggan, yakni sebagai berikut :
CRM is
concept of identifying customer needs: understanding and influencing customer
behavior through ongoing communication strategies in an effort to acquire,
retain, and satisfy the customer. (CRM adalah konsep
mengidentifikasi kebutuhan pelanggan: memahami dan mempengaruhi perilaku
pelanggan melalui strategi komunikasi secara terus menerus dalam upaya untuk
memperoleh, menyimpan, dan memuaskan pelanggan)[14].
Hawkins
juga menyatakan bahwa:
CRM
programs are increasingly common in American firms. The objective of such
programs is to increase the satisfaction, commitment, and retention of key
customers. (Program CRM semakin umum di
perusahaan Amerika. Tujuan dari program tersebut adalah untuk meningkatkan
kepuasan, komitmen, dan retensi pelanggan utama)[15].
Dari kedua teori
diatas, dapat disimpulkan bahwa CRM dibangun sebagai sebuah konsep bagaimana
cara perusahaan mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan dan tujuan akhir
dari hal tersebut tentu dapat membangun kepuasan pelanggan yang berdampak pada
kesinergisan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan pelanggan.
Phillip Kotler dan Gary
Armstrong juga berpendapat mengenai hal tersebut, dimana mereka berpendapat
bahwa:
CRM adalah keseluruhan proses membangun
dan memelihara hubungan pelanggan yang menguntungkan dengan menghantarkan nilai
dan kepuasan pelanggan yang unggul[16].
Francis
Buttle menyatakan bahwa :
CRM dijalankan karena sistem ini dapat
meningkatkan performa bisnis perusahaan dengan cara meningkatkan kepuasan
pelanggan dan pada gilirannya menumbuhkan kesetiaan mereka[17].
Kedua teori di atas
mengindikasikan bahwa perusahaan akan membuat suatu konsep yang berfokus kepada
pelanggan yakni CRM, dengan penekanan untuk menciptakan suatu nilai pelanggan
yang lebih dengan memberikan performa yang memuaskan dan hasil yang diharapkan
dari proses tersebut berupa kepuasan pelanggan.
Bob
Foster menyatakan bahwa :
Fokus dari CRM itu sendiri adalah untuk
memperbaiki tingkat kepuasan pelanggan, meningkatkan loyalitas pelanggan, dan
meningkatkan pendapatan dari pelanggan yang ada, dalam menghadapi tingginya
tingkat persaingan, globalisasi dan perputaran pelanggan serta perkembangan
biaya pengakuisisian pelanggan[18].
CRM adalah efektivitas bisnis yang
bermanfaat untuk memberikan kepuasan pelanggan[19].
Dua teori diatas dapat
disimpulkan bahwa cara perusahaan untuk tetap memenangkan persaingan dan unggul
di mata pelanggan adalah dengan memberikan kepuasan kepada pelanggan secara
maksimal, cara tersebut salah satunya dengan CRM. Dimana CRM sangat berfokus
kepada pelanggan, dan tentu hal ini akan memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Beberapa teori diatas mengindikasikan
bahwa manajemen hubungan pelanggan (CRM) yang telah dibangun oleh perusahaan
terhadap pelanggan akan memiliki kemungkinan terhadap hasil yang akan dicapai
oleh perusahaan yakni terciptanya kepuasan pelanggan terhadap perusahaan, atau
dengan kata lain dapat diartikan bahwa pelanggan puas dengan perusahaan karena mereka
memiliki hubungan yang erat dan berjangka lama dengan perusahaan tersebut.
Hubungan
antara manajemen hubungan pelanggan (customer
relationship management) dengan kepuasan pelanggan juga diperkuat dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan Dr. Hamed Haghtalab, Maryam Ahrari dan
Rasool Amirusefi (2011) yang berjudul “Survey
Relationship Between Customer Relationship Management and Service Quality,
Satisfaction and Loyalty (Case Study
Mellat Bank – Iran)” dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara CRM dan kepuasan[20].
Sedangkan, diperkuat
juga oleh penelitian yang dilakukan Hui-l Yao dan Kok Wei Khong (2012) yang
berjudul “Customer Relationship
Management: Is It Still Relavant to Commercial Banks in Taiwan?”,
menyimpulkan bahwa terdapat frekuensi yang tinggi mengenai keterlibatan CRM dan
hal ini dapat menyebabkan meningkatnya kepuasan pelanggan[21].Sejalan
dengan penelitian tersebut, Tauseef Ahmad, Omar A.A Jawabreh, Mahmoud Irsheid
Al Afeef dan Alaa Almomani (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Impact of Customer Relationship Management
of Hotel (A Case Study Umaid Bahwan)” menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan pada penerapan manajemen hubungan pelanggan pada kepuasan
pelanggan Umaid Bahwan[22].
Dapat disimpulkan dari
beberapa penelitian terdahulu, bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
manajemen hubungan pelanggan (CRM) dengan kepuasan pelanggan.
Manajemen hubungan
pelanggan (CRM) dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa CRM adalah suatu rangkaian aktifitas perusahaan yang terkelola
sebagai usaha untuk semakin memahami,
menarik perhatian, menciptakan pengetahuan pelanggan, membangun hubungan
pelanggandan membentuk persepsi mereka tentang organisasi dan produk demi
mencapai pertumbuhan perusahaan.
CRM memiliki beberapa
indikator yakni pertama,Continuity
Marketing dengan sub indikator diskon khusus. Kedua, One to One Marketing dengan sub indikator kemampuan menyelesaikan
masalah, kesigapan, kesopanan, keramahan dan pemberian hadiah. Ketiga, Partnering Program dengan sub indikator
kerja sama event promosi.
[1]Loe E.
Pelton, David Strutton dan James R. Lumpkin,Marketing
Channels: A Relationship Management (New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
2002),p.8
[2]Byron J.Finch,Operations Now: Profitability, Processes,
Performance, Second Edition (New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
2006),p.235
[3]Michael
Levy, Barton A. Weitz dan Lauren Skinner Beitelspacher,Retailing Management, Eight Edition (New York: McGraw-Hill
Companies, Inc. 2012),p.275
[4]Clow
dan Baack,Integrated Advertising,
Promotion, and Marketing Communications, Third Edition(New Jersey:Pearson
Prentice Hall. 2007),p. 362
[5]Phillip
Kotler dan Kevin Lane Keller, Marketing
Management, 13th Edition (USA :Pearson Prentice Hall. 2009),p.173
[6]Robert
F. Lusch, Patrick M. Dunne, dan James R. Carver,Introduction to Retailing, Seventh Edition(China :South Western.
2011),p. 526
[7]Eddy
Soeryanto Soegoto,Marketing Research: The
Smart Way to Solve a Problem. Cetakan ke-1
(Jakarta : Elex Media Komputindo, 2008),p.59
[9]Mark
W. Johnston dan Greg W. Marshall, Sales Force
Management, Tenth Edition(New York: McGraw-Hill Companies Inc. 2011),p. 82
[11]Clow dan
Baack,op.cit., p.360
[13]David L.
Kurtz, op.cit., p.322
[14]Robert W.
Lucas, op.cit .,p.344
[15]Hawkins,
op.cit.,p.621
[16]Phillip
Kotler dan Gary Armstrong, op.cit.,p.15
[17]Francis
Buttle,op.cit.,p.28
[18]Bob
Foster, Manajemen Ritel. (Bandung:
Penerbit Alfabeta. 2008),p. 130
[19]Ibid.,p.130
[20]Hamed
Haghtalab, Maryam Ahrari dan Rasool Amirusefi, “Survey Relationship Between
Customer Relationship Management and Service Quality, Satisfaction and Loyalty
(Case Study Mellat Bank)”, Interdisciplinary Journal of Contemporary Research
In Business, Volume 3, Nomor 3, Oktober 2011, p. 439-448
[21]Hui-l
Yao dan Kok Wei Khong, “Customer Relationship Management: Is It Still Relavant
to Commercial Banks in Taiwan?”, International Journal of Business and
Management, Volume 7, Nomor 1, January 2012, p. 151-160
[22]Tauseef
Ahmad, Omar A.A Jawabreh, Mahmoud Irsheid Al Afeef dan Alaa Almomani,“Impact of
Customer Relationship Management of Hotel (A Case Study Umaid Bahwan)”, Asian
Journal of Finance and Accounting, Volume 4, Nomor 1, 2012, ISSN 1946-052X, p.
118-131