BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan pembelajaran, 'perhatian' berperan amat penting sebagai
langkah awal yang akan memacu aktivitas-aktivitas berikutnya. Dengan
'perhatian', seseorang berupaya memusatkan pikiran, perasaan emosional atau
segi fisik dan unsur psikisnya kepada sesuatu yang menjadi tumpuan
perhatiannya.
Gage dan Berliner (1984) mengungkapkan, tanpa adanya perhatian tidak
mungkin terjadi belajar. Jadi, seseorang siswa yang menaruh minat terhadap
materi pelajaran, biasanya perhatiannya akan lebih intensif dan kemudian timbul
motivasi dalam dirinya untuk mempelajari materi pelajaran tersebut.
Di sini, motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha
seseorang (siswa) untuk menyediakan segala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar
sehingga ia mau atau ingin melakukan proses pembelajaran.
Dengan demikian, motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa
itu sendiri (motivasi intrinsik/motivasi internal) dan/atau berasal dari luar
diri pribadi siswa (motivasi ekstrinsik/motivasi eksternal). Kedua jenis
motivasi ini jalin-menjalin atau kait mengait menjadi satu membentuk satu
sistem motivasi yang menggerakkan siswa untuk belajar.
Jelaslah sudah pentingnya motivasi belajar bagi siswa. Ibarat seseorang
menjalani hidup dan kehidupannya, tanpa dilandasi motivasi maka hanya
kehampaanlah yang diterimanya dari hari ke hari. Tapi dengan adanya motivasi
yang tumbuh kuat dalam diri seseorang maka hal itu akan merupakan modal
penggerak utama dalam melakoni dunia ini hingga nyawa seseorang berhenti
berdetak. Begitu pula dengan siswa, selama ia menjadi pembelajar selama itu
pula membutuhkan motivasi belajar guna keberhasilan proses pembelajarannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di awal, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut : “Pentingnya motivasi dalam belajar”
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah tersusunnya laporan berbentuk usulan penelitian yang
diharapkan dapat :
1. Mengetahui pentingnya
motivasi dalam belajar.
2. Memenuhi
tugas mata kuliah Teori Belajar Pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Guru
Yang dimaksud guru di sini adalah “orang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya, profesinya) mengajar.
“Profesi pada hakekatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka,
bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan
dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa untuk menjabat kepekerjaan itu.”
Pengertian profesi berkembang
sesuai dengan perkembangan masyarakat modern menurut bermacam-macam ragam
spesialisasi, yang diperlukan masyarakat yang semakin kompleks. Demikian pula
profesi kependidikan hingga saat ini masih dibicarakan bnayak orang. Meskipun
berbagai pandangan telah berkembang tentang masalah tersebut, namun satu hal
sudah pasti bahwa sekarang ini mulai dirasakan perlunya lembaga pendidikan yang
secara khusus mempersiapkan tenaga tersebut membawa implikasi bahwa perlu
dikembangkannya program pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang
berkualitas tinggi serta dapat dilaksanakan secara efisien dalam kondisi
cultural masyarakat tertentu.
Profesi ini pada hakekatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka,
bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan
itu.
Jika ditelaah, pengertian tersebut mengandung beberapa hal, yakni bahwa
profesi itu merupakan pernyataan atau janji terbuka, profesi itu mengandung
unsur pengabdian, dan profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan.
Pernyataan atau janji itu bukan hanya sekedar keluar dari mulutnya, akan
tetapi meliputi seluruh kepribadiannya dan dalam tingkah laku sehari-hari.
Janji yang bersifat etis itu mau tidak au atau setidak-tidaknya berhadapan
dengan sanksi-sanksi tertentu. Jika ia melanggar janjinya, maka akan berhadapan
dengan sanksinya tersebut. Misalnya, hukuman, protes masyarakat, ataupun
kutukan oleh Tuhan. Oleh karena itu, jika seseorang telah menganut profesi
tertentu, maka ia akan berbuat sesuai dengan janjinya. Janji-janji itu biasanya
telah digariskan dalam kode etik yang telah dianut oleh yang bersangkutan.
Profesi mengandung unsur pengabdian. Suatu profesi bukanlah dimaksud
untuk mencari keuntungan bagi dirina sendiri, baik dari segi ekonomis, maupun
dalam arti psikis, melainkan untuk pengabdian kepada masyarakat. Hal ini akan
membawa implikasi, bahwa profesi tidak boleh sampai merugikan, merusak atau
bahkan menimbulkan malapetaka masyarakat. Sebaliknya profesi itu membawa
kebaikan, keberuntungan, kesempurnaan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Memang
pengabdian diri berarti lebih mengutamakan kepentingan orang banyak daripada
kepentingan dirinya sendiri. Kalau perlu kepentingan dirinya harus
dikesampingkan demi kepentingan orang lain atau masyarakat.
P:endapat di atas, tampak sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh
Blackington (1968) yang kemudian dikutip oleh Oemar Hamalik (1985) yakni
sebagai berikut :
A professional may definet mast a sumply as a nation which is
organizet, invompletelky, no doub, but gemunly, for the performance of
function.”
Profesi menurut pandangan sosiologis merupakan suatu problem tersebut,
yakni sebagai berikut :
“The problem of definition derives from our attempt to give precision
to asocial or accupational role that varies as a function of the setting within
whish ia performed, that ia it selfevolving, and that is perceived differently
by different segment of society.” (Schein and Kommers, 1972:8).
Seorang pun harus memahami anak didiknya sebagai objek pendidikan. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan guru dalam memahami anak didik. W.S. Winkel mengemukakan
sebagai berikut :
1.
Setiap siswa memiliki individualitas biologis sendiri.
2. Kondisi
mental. Kondisi ini merupakan akibat dari keadaan psikis siswa, seperti
ketenangan batin, atau kegelisahan batin, dan stabilitas mental.
3.
Vitalitas psikis vitalitas psikis mencakup beberapa
aspek, antara lain:
a. Daya penggerak vital.
b. Kemampuan memulihkan kembali kekuatan.
c. Irama hidup sehari-hari.
d. Kepekaan alat-alat indera.
4.
Lingkungan hidup siswa.
5.
Perkembangan kepribadian siswa yang berkembang secara normal
akan menampakkan ciri-ciri yang khas bagi berbagai taraf perkembangan.
Suatu profesi secara umum berkembang dari pekerjaan yang kemudian
berkembang semakin matang. Dalam bidang apa pun, profesionalisme ditunjang tiga
hal:
1.
Keahlian
2.
Komitmen
3.
Keterampilan yang relevan
Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam, guru adalah “orang dewasa
yang bertanggung jawab memberi bimbingan dan bantuan anak didik (siswa) dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu
melaksanakan tuigasnya sebagai makhluk Allah, kholifah di permukaan bumi,
sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang sanggup berdiri sendiri.”
Guru dianggap sebagai tolok ukur berhasil tidaknya suatu pendidikan.
Program pendidikan sering dianggap tergantung pada kualitas guru pengajarnya.
Oleh sebab itu, kualitas guru dapat dipakai sebagai indicator input dalam
analisis efisiensi pendidikan.
Guru merupakan faktor yang dianggap penting juga dalam mengarahkan anak
pada tingkat kedewasaan. Guru memiliki peran, fungsi dan tugas tersendiri dalam
proses belajar dan mengajar di sekolah. Guru yang tidak professional
kadang-kadang kurang cakap dalam membawakan atau melaksanakan tugasnya. Di
samping kecakapan kognitif, guru juga harus memiliki kecakapan yang afektif dan
psikomotor. Guru dituntut untuk lebih bisa membimbing dan mengarahkan anak
sesuai dengan kemampuan mereka. Karena guru merupakan orang tua kedua di rumah,
maka setiap perilaku dan tindakan-tindakannya sebagai teladan bagi anak-anak
didik mereka.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa guru yang berkualitas sangat dibutuhkan
oleh suatu lembaga pendidikan khususnya siswa. Berhasil tidaknya suatu lembaga
pendidikan ditentukan oleh guru yang professional dan berkualitas.
B. Kemampuan dan Peranan Guru
1. Fungsi Guru
Fungsi guru adalah mendidik dan mengajar. Kedua fungsi ini tidak
dijelaskan dari peranan yang dijalankan oleh guru. Diketahui konteks yang lebih
luas, peranan guru sebagai pendidik dan pengajar harus diletakkan dalam rangka
kepentingan serta harapan bangsa yang merupakan tujuan yang perlu dicapai
melalui sekolah. Sekolah mempunyai organisasi dan melaksanakan kegiatan
administrasi untuk mencapai tujuan sekolah. Semua upaya yang dilakukan oleh
guru sebagai pendidik dan pengajar harus diorganisasikan dan diadministrasikan dengan
baik agar tercapai suatu hasil kerja yang efektif dan efisien.
Sebagai pendidik dan pengajar, guru melakukan kegiatan membimbing dan
mendorong siswa dalam kegiatan belajar siswa. Ia disebut juga pembimbing dan
motivator yang berperan serta khusus bagi siswa untuk mendorong kegiatan
belajar siswa dalam situasi belajar yang dirancang oleh guru. Aspek yang perlu
dilihat oleh guru dari siswa adalah perkembangan pribadi seutuhnya yang
memiliki nilai-nilai dan norma-norma dan bagaimana siswa memiliki nilai-nilai
tersebut dalam belajar. Guru memerlukan pengetahuan dan keterampilan edukatif
untuk melakukan kegiatan ini.
Sebagai pengajar, guru mengelola kegiatan mengajar dan belajar yang
direncanakan dengan baik sesuai dengan tuntutan kurikulum dan pokok bahasan
yang diajarkan. Kegiatan yang dilakukan oleh guru memerlukan pengetahuan yang
untuk mengelola dan mengawasi apa yang ia lakukan.
Secara makro, tugas guru berhubungan dengan sumber daya manusia yang pada
akhirnya akan paling menentukan kelestarian dan kejayaan kehidupan bangsa.
Dengan kata lain, bahwa guru mempunyai tugas membangun fundamental di kemudian
hari.
Pada dasarnya dala proses, guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar
peserta didik, agar peserta didik dapat menjadi manusia yang dapat melaksanakan
kehidupan selaras dengan hakikat kodratnya sebagai manusia dalam pertemuan dan
pergaulan dengan sesame dan dunia dan dalam hubungannya dengan Tuhan. Kedua
tugas itu merupakan kesatuan yang terpadu, tak terpisahkan sehingga
pengembangan “manusia seutuhnya” dapat terlaksana dengan baik.
Dalam proses pendidikan, tugas mendidik bagi guru lebih terpusat pada
transportasi nilai-nilai yang terpuji, yang dijunjung tinggi oleh masyarakat,
bangsa dan Negara. Pada hakekatnya nilai-nilai itumengandung 3 jenis, yaitu :
a. Nilai kenyataan/kebenaran;
b. Nilai keindahan; dan
c. Nilai kebaikan
Tiga jenis nilai ini oleh Notonegoro disebut dengan nilai-nilai hidup
yang dapat diwujudkan atau dicapai dengan daya-daya jiwa manusia (akal, rasa
kehendak). Dengan akalnya manusia dapat mencapai kenyataan atau kebenaran, dan
dengan rasa manusia dapat merasakan atau mewujudkan keindahan, dan dengan
kehendak manusia menuju kebaikan. Atau dengan perkataan lain, perwujudan mutlak
dari akal, rasa dan kehendak manusia, masing-masing tertuju kepada kenyataan
atau kebenaran. Keindahan dan kebaikan.
Mengajar adalah suatu “aktivitas internasional” suatu aktivitas yang
menimbulkan belajar. Guru mendeskripsikan, menerangkan, memberikan pertanyaan
(soal-soal) dan mengevaluasi. Ia mendorong, menyampaikan sanksi dan membujuk,
pendek kata ia melakukan banyak hal agar peserta didik mempelajari apa saja
yang ia piker. Peserta didik harus mempelajari dan dalam cara yang ia sepakati.
Orang tua dan orang lain melakukan ini juga, tetapi ada perbedaannya. Guru-guru
adalah lebih “professional” dalam arti bahwa mereka mengetahui banyak tentang:
a. Apa saja yang mereka ajarkan.
b. Bagaimana cara mengajarkannya; dan
c. Siapa yang mereka beri pelajaran.
Suatu tugas pokok dari guru adalah: menjadikan peserta didik mengetahui
atau melakukan hal-hal dalam suatu cara yang formal. Ini berarti bahwa ia
menstrukturisasi pengetahuan atau keterampilan-keterampilan dalam suatu cara
yang sedemikian rupa sehingga menyebabkan siswa tidak hanya mempelajarinya,
melainkan juga mengingatnya dan melakukan sesuatu dengannya. Guru juga
mengevaluasi siswa. Oleh karena itu, siswa ditantang untuk belajar dan
mengingat karena ia mengetahui bahwa dalam suatu cara atau cara yang lain ia
akan diuji.
2.
Peranan Guru
Yang dimaksud peranan guru adalah “sebagai director of learning (direktur
belajar). Maksudnya, setiap guru diarahkan untuk pandai mengarahkan kegiatan
belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) yang telah
ditetapkan dalam proses sasaran belajar mengajar.
Pengertian proses belajar mengajar mempunyai makna yang lebih luas dan
lebih berarti daripada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar
tersirat adanya suatu kesatuan aktivitas yang tidak terpisahkan antara siswa
sebagai pelajar dengan guru sebagai pengajar. Dalam aktivitas terebut, terdapat
interaksi antara siswa yang belajar dengan guru yang mengajar.
Seperti telah dimaklumi bersama, bahwa proses belajar merupakan suatu
proses terjadinya perubahan tingkah laku, yang berarti bahwa seseorang yang telah
melalui proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku.
Selanjutnya dalam peranannya sebagai direktur belajar, guru hendaknya
senantiasa berusaha untuk menimbulkan, memelihara dan meningkatkan motivasi
aman untuk belajar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa motif berprestasi
mempunyai korelasi positif dan cukup berarti terhadap pencapaian proses
belajar. Hal ini berarti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar hanya
ditentukan oleh tinggi rehdanya motif berpretasi. Dalam hubungan ini, guru berfungsi
sebagai motivator dalam keseluruhan dalam kegiatan belajar mengajar.
Sebagai direktur belajar, pendekatan yang digunakan dalam proses belajar
mengajar tidak hanya melalui pendekatan instruksional akan tetapi disertai
dengan pendekatan pribadi (personal approach). Melalui pendekatan pribadi ini
diharapkan guru dapat mengenal dan memahami siswa secara lebih mendalam
sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya. Dengan perkataan
lain, sebagai direktur belajar guru sekaligus berperan sebagai pembimbing dalam
proses belajar mengajar.
Sebagai pendidik, tugas dan tanggung jawab guru yang paling utama adalah
mendidik, yaitu membantu peserta didik untuk mencapai kedewasaan. Untuk dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik, maka seorang guru hendaknya memahami segala
aspek pribadi anak didik, baik jasmani maupun segi psikis. Guru hendaknya
mengenal dan memahami tingkat perkembangan peserta didik, sistem motivasi atau
kebutuhan, pribadi, kecakapan, kesehatan mental dan sebagainya. Tindakan yang
bijaksana akan timbul juga apabila guru benar-benar memahami seluruh pribadi
peserta didik.
Di samping memahami subjek didik, salah satu tugas guru yang tidak boleh
diabaikan adalah mengenal dan memahami dirinya. Memahami dan mengenal siswa
tidak mungkin dapat dilakukan dengan baik tanpa mengenal dan memahami dirinya
sendiri. Guru harus mempunyai informasi yang cukup untuk dirinya sehubungan
dengan peranannya, pekerjaan, kebutuhan dan motivasinya, kesehatan mentalnya,
dan tingkatan kecakapan yang dimilikinya.
Jenis-jenis informasi tentang dirinya sangatlah membantu para guru itu
sendiri dalam mengatasi berbagai masalah yang timbul dalam tugasnya, seperti
konflik, ilustrasi, maladjustment (latihan kemampuan penguasaan diri) dan
sebagainya. Agar guru dapat memahami dan membantu siswa dengan sebaik-baiknya
maka guru itu sendiri harus menghindari masalah-masalah tersebut di atas.
Sesuai dengan bidang tugasnya, maka seorang guru tidka hanya berperan
dalam interaksi dengan siswa tetapi interaksi dengan yang mencakup ruang
lingkup lingkungan sosial yang lebih luas baik keluarga, sekolah maupun variasi
peranan guru.
Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran dan administrative, seorang
guru dapat berperan sebagai :
a. Pengambil
inisiatif, pengarah dan penilai kegiatan-kegiatan pendidikan. Ini berarti bahwa
guru turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan
serta nilainya.
b. Wakil masyarakat ang berarti dalam lingkungan
sekolah guru menjadi suatu masyarakat. Guru harus mencerminkan suasana kemauan
masyarakat dalam arti yang lebih baik.
c. Orang yang
ahli dalam mata pelajaran. Bahwa guru bertanggung jawab untuk mewariskan
kebudayaan pada generasi muda yang berupa pengetahuan, hendaknya agar diajarkan
baik isi maupun metode.
d. Penegak
disiplin, yaitu guru harus menjaga agar mencapai disiplin.
e. Pelaksana Administrasi Pendidikan. Di samping
menjadi pengajar, guru pun bertanggung jawab akan kelancaran jalannya
pendidikan. Dan ia harus mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan administrative.
f. Pemimpin
Generasi Muda. Masa depan generasi muda terletak di tangan guru. Guru berperan
sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan diri untuk menjadi anggota
masyarakat yang dewasa.
g. Penerjemah
kepada masyarakat, artinya guru berperan untuk menyampaikan segala perkembangan
kemajuan-kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khususnya untuk
masalah-masalah pendidikan.
Dilihat dari segi dirinya (self oriented),
seorang guru harus berperan sebagai:
a. Petugas
sosial, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam
kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa merupakan petugas-petugas yang
dapat dipercaya untuk berpartisipasi di dalamnya.
b. Pelajar dan
ilmuwan, yaitu sebagai yang senantiasa menuntut ilmu pengetahuan. Dengan
berbagai cara setiap saat, guru senantiasa belajar untuk mengetahui
perkembangan ilmu pengetahuan.
Di samping itu guru menjadi spesialis, misalnya seorang guru matematika
akan menjadi wakil dari dunia matematika.
c. Orang tua:
yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya. Sekolah
merupakan lembaga pendidikan setelah lingkungan keluarga, sehingga dalam arti
luas sekolah dapat merupakan lingkungan keluarga di mana guru bertugas sebagai
orang tua dari siswa-siswanya.
d. Pencari
teladan: yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa, dan
bahkan bagi seluruh masyarakat. Guru menjadi ukuran bagi normal tingkah laku.
e. Pencari
keamanan: yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi orang lain (siswa).
Guru menjadi tempat berlindung bagi siswa-siswa untuk memperoleh rasa aman dan
puas di dalamnya.
Peranan guru dilihat secara psikologis, guru
dipandang, sebagai:
a. Ahli psikologi pendidikan yaitu petugas psikologi
dalam pendidikan, yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip
psikologi.
b. Seniman
dalam hubungan antar manusia (artist human relation), yaitu orang yang
mampu membuat hubungan antar manusia untuk tujuan tertentu, dengan menggunakan
teknik tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan.
c. Pembentuk
kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikn.
d. Catalyst agent, yaitu orang yang
mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan. Sering pula peranan ini
disebut sebagai innovator (pembaharu).
e. Petugas
kesehatan mental (mental hygiene worker) yang bertanggung jawab terhadap
pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan mental siswa.
C. Pengertian
Motivasi
Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang disebut
motivasi belajar, maka berikut ini penulis kemukakan beberapa definisi/bantuan
dari beberapa ahli.
Samidjo Mardiani memberikan definisi motivasi belajar sebagai berikut:
“Motivasi belajar yaitu berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam
proses perkembangannya yang meliputi maksud tekat, hasrat, kemauan, kehendak,
cita-cita dan sebagainya untuk mencapai tujuan.”
Menurut Afifudin, bahwa motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri anak yang mampu
menimbulkan kesemangatan / kegairahan belajar.
Sedangkan
menurut Drs. Amir Dien Indra Kusuma dalam bukunya Pengantar Ilmu pendidikan,
dikatakan sebagai berikut :
“Motivasi
belajar ialah kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga yang dapat memberikan
dorongan kepada kegiatan belajar murid”
Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka motivasi belajar adalah
dorongan atau hasrat kemauan untuk melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka
mencapai tujuan.
Dengan adanya dorongan di atas, maka motivasi belajar erat kaitannya
dengan tujuan yang akan dicapai, maka keadaan yang menyebabkan timbulnya
belajar mereka, sehingga adanya tujuan-tujuan baru yang akan dicapai lagi.
Timbulnya kegiatan belajar biasanya didorong oleh suatu atau beberapa
keinginan, hasrat, kemauan atau kebutuhan. Dengan demikian tampaklah betapa
pentingnya motivasi belajar di dalam diri setiap murid.
Dalam melakukan aktivitas, seseorang didorong oleh adanya faktor-faktor
kebutuhan biologis, instink, unsur-unsur kejiwaan yang lain serta adanya
pengaruh perkembangan budaya manusia. Sebenarnya semua faktor-faktor itu tidak
dapat dipisahkan dari soal kebutuhan, kebutuhan dalam arti luas, baik kebutuhan
yang bersifat biologis maupun psikolois. Menurut Morgan yang ditulis kembali
oleh S. Nasution, dikatakan bahwa manusia itu memiliki berbagai kebutuhan.
Kebutuhan-kebutuhan itu dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Kebutuhan
untuk Berbuat Sesuatu Aktivitas.
Hal ini bagi anak sangat penting, karena perbuatan sendiri itu mengandung
suatu kegembiraan baginya. Sesuai dengan konsep ini, maka bagi orang tua yang
memaksa anak untuk diam di rumah saja, adalah bertentangan dengan hakekat anak.
Aktivies in if celf is a puasuse. Hal ini dapat dihubungkan dengan
suatu kegiatan belajar bahwa pekerjaan atau belajar itu akan berhasil kalau
disertai dengan rasa gembira.
2. Kebutuhan
untuk menyenangkan orang lain.
Banyak orang yang dalam kehidupannya memiliki motivasi untuk banyak
berbuat sesuatu demi kesenangan orang lain.
3. Kebutuhan
untuk mencapai hasil
Suatu pekerjaan atau kegiatan belajar ini akan berhasil baik, kalau
disertai dengan “pujian” Aspek “pujian” ini merupakan dorongan bagi seseorang
untuk bekerja dan belajar dengan giat.
4. Kebutuhan
untuk mengatasi kesulitan
Suatu kesulitan atau hambatan, mungkin cacat, mungkin akan menimbulkan
rasa rendah diri, tetapi hal ini menjadi dorongan untuk mencari konpensasi
dengan usaha yang tekun dan luar biasa sehingga tercapai kelebihan atau
keunggulan dalam bidang tertentu. Sikap anak terhadap kesulitan atau hambatan
ini banyak bergantung pada keadaan dan sikap lingkungan. Sehubngan dengan ini
maka peranan motivasi sangat penting dalam upaya menciptakan kondisi-kondisi
tertentu yang lebih kondusif bagi mereka untuk berusaha mencapai keunggulan.
Kebutuhan manusia telah dijelaskan di atas senantiasa
akan selalu berubah. Begitu juga motif, metode yang selalu berkait dengan
kebutuhan tertentu akan berubah atau bersifat dinamis sesuai dengan keinginan
dan perhatian manusia. Relevan dengan soal kebutuhan itu, maka timbullah teori
tentang motivasi.
Tentang teori motivasi ini lahir dan awal
perkembangannya ada di kalangan psikolog. Menurut ahli ilmu jiwa, dijelaskan bahwa
dalam motivasi itu ada suatu hirarki, maksudnya motivasi itu ada
tingkatan-tingkatannya, yakni dari bawah ke atas. Dalam hal ini ada beberapa
teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan, antara lain.
1. Kebutuhan
fisiologis
Seperti lapar, yakni rasa aman. Kebutuhan untuk istirahat, dan
sebagainya.
2. Kebutuhan
akan keamanan, yakni rasa aman, kecemasan bebas dari rasa takut.
3. Kebutuhan
akan cinta dan kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan
(keluarga, sekolah, kelompok)
4. Kebutuhan
untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai
hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi.
Disamping itu ada teori-teori yang perlu diketahui:
1. Teori
Insting
Menurut teori ini tindakan sikap diri manusia diasumsikan seperti tingkah
jenis animal / binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkait dengan
instink atau pembawaan. Dalam memberikan respon terhadap adanya kebutuhan
seolah-olah tanpa dipelajari. Tokoh dari teori ini adalah Mc. Daugall.
2. Teori
Fisiologis
Teori ini disebut “behaviour teories.” Menurut teori ini semua
tindakan manusia itu berakar pada usaha pemenuhan kebutuhan dan untuk
kepentingan fisik. Atau disebut sebagai kebutuhan primer.
3. Teori
Psikoanalitik
Teori ini mirip dengan teori instink, tetapi telah ditekankan pada
unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia karena adanya unsur pribadi
manusia, yakni id dan ego. Tokoh teori ini adalah Frued.
D. Ciri-Ciri
Motivasi
Untuk melengkapi uraian mengenai makna dan teori tentang motivasi, perlu
dikemukakan adanya beberapa cirri motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap
orang itu memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1. Tekun
menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah
berhenti sebelum selesai).
2. Ulet
menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan dorongan dari
luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang
telah dicapainya).
3. Menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah untuk orang dewasa.
4. Lebih
senang bekerja mandiri.
5. Cepat bosan pada tugas-tugas
yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga
kurang aktif).
6. Dapat
mempertahankan pendapatnya. (kalau sudah yakni akan sesuatu)
7. Tidak mudah melepaskan hal yang
diyakini itu.
8. Senang
mencari dan memecahkan maasalah soal-soal.
Apabila seseorang memiliki cirri-ciri seperti di atas, berarti seseorang
itu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan
sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar
akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan
berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik
tidak terjebak pada sesuatu yang rutinitas dan mekanis. Siswa yang harus
mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandangnya cukup
rasional. Bahkan lebih lanjut siswa harus juga peka dan responsive terhadap
berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Hal-hal itu semua
harus dipahami benar oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat
memberikan motivasi yang tepat dan optimal.
E. Fungsi
Motivasi dalam Belajar
Agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka diperlukan adanya
motivasi. Perlu ditekankan bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi:
1. Mendorong
manusia untuk berbuat.
Jadi, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam
hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan
arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan.
Apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan
melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain
kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi motivasi lain. Motivasi dapat juga
sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu
usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan
menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, bahwa dengan adanya usaha yang
tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu
akan dapat menelurkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa
akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
F. Bentuk-bentuk
Motivasi
Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Dengan demikian motivasi atau motif-motif yang aktif
itu sangat bervariasi. Dengan demikian bentuk-bentuk motivasi adalah sebagai
berikut :
1. Motivasi
dilihat dari dasar pembentukannya.
a. Motif-motif bawaan, yaiktu motif yang dibawa sejak
lahir, jadi motivasi ini tanpa dipelajari.
b. Motif-motif yang dipelajari, maksudnya motif-motif
yang timbul karena dipelajari.
2. Motivasi
jasmaniah dan rohaniah
Yang termasuk motivasi jasmaniah seperti refelks, instink, otomatis,
nafsu. Sedangkan yang termasuk motif rohaniah, yaitu kemauan
3. Motivasi
intrinsic dan ekstrinik
a. Motivasi
intrinsic, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar. Karena diri setiap individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki tujuan orang yang
terididik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.
Satu-satunya jalan untuk menuju yang ingin dicapai adalah belajar. Tanpa
belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan. Dorongan yang menggerakkan itu
bersumber pada suatu kebutuhan. Kebutuhan yang berisikan keharusan untuk
menjadi orang yang terdidik dan berpengathuan. Jadi, memang motivasi itu muncul
dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar symbol
dan seremonial.
b. Motivasi
ekstrinsik, yaitu motif-motif yang aktif berfungsinya karena adanya perangsang
dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi
yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan
dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Perlu
ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak
penting. Sebab, kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan
juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang
kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu indikator keberhasilan
pendidikan secara mikro di tataran pembelajaran level kelas adalah tatkala
seorang guru mampu membangun motivasi belajar para siswanya. Jika siswa-siswa
itu dapat ditumbuhkan motivasi belajarnya, maka sesulit apa pun materi
pelajaran atau proses pembelajaran yang diikutinya niscaya mereka akan
menjalaninya dengan "enjoy" dan "pede". Karena motivasi
adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi, sehingga orang itu mau
atau ingin melakukannya. Oleh karena itu, 'motivasi' dapat dirumuskan sebagai
sesuatu kekuatan atau energi yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk
beraktivitas.
B. Saran
Dari hasil makalah ini, saran yang dapat diajukan antara lain :
Setiap guru hendaknya lebih
berperan dalam memotivasi siswanya. Sehingga siswa dapat termotivasi dalam
belajar. Dan juga siswa dapat meningkatkan semangatnya dalam belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Afifudin, Psikologi Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar. (Penerbit
Harapan Massa, Solo, 1986).
Ardiwanata, Rustana. 1986.Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Depag
RI ).
Arifin,H.M. 1991. Buku Materi Poko Bimbingan dan Konseling.
(Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan UT, Jakarta, 1991).
http://re-searchengines.com/1007arief4.html
Kusuma, Amier Dien Indra. Pengantar Ilmu Pendidikan. (Penerbit
Usaha Nasional, Surabaya, 1973).
Mardiani, Samidjo. Bimbingan
Belajar. (Bandung, Armico, 1985)
Nawawi, Hadari. 1989. Administrasi
Pendidikan. (CV. Haji Masagng, 1989)
Pribadi, Sri Kun.1976. Profesi
Keguruan. Jakarta .
Warkitri, H. Dra, dkk. 1992. Buku Materi Pokok Landasan Kependidikan
1-12. Jakarta ,
Universitas Terbuka.
Winkel, W.S. 1996. Psikologi
Pengajaran. Jakarta
: Grasenda.
No comments :
Post a Comment